Minggu, 22 April 2012

POLITIK PANJAT PINANG


Oleh Aprinus Salam

Keadilan, kemakmuran, dan kesejahtaraan selayaknya ditempatkan sebagai hadiah yang harus diperjuangkan, bukan sesuatu yang turun ke bumi begitu saja. Untuk mendapatkannya kita harus berjuang, iklas bekerja keras, kompak, dan saling mendukung. Untuk mendapatkan hadiah itu kita perlu melakukan strategi politik panjat pinang. Apa itu politik panjat pinang?

Di antara sekian banyak jenis olahraga atau permainan, barangkali permainan (olahraga) panjat pinang lah yang paling representatif untuk dibangun sebagai satu sikap budaya. Di dalam berbagai olahraga atau permainan, terdapat dua substansi, yakni saling berhadapan untuk saling mengalahkan, atau berlomba untuk saling menang.

Memang di berbagai olahraga dan permainan tersebut, terutama permaian tim (bersama) kita perlu kompak, perlu kerja keras untuk mendapatkan keahlian, harus tertib terhadap peraturan. Kalau tidak tertib akan dikenai sangsi. Akan tetapi, substansinya adalah bagaimana kita mengalahkan lawan, bahkan kadang dalam berbagai cara. Permainan juga demikian, walaupun untuk mendapatkan kegembiraan atau kesenangan, tetapi substansinya adalah mengalahkan lawan main.

Hal itu berbeda dengan olahraga atau permainan panjat pinang. Permainan panjat pinang bukan untuk mengalahkan lawan, bukan untuk menjatuhkan musuh, tetapi justru suatu permainan bersama yang membutuhkan kekompakkan untuk mendapatkan hadiah bersama. Hadiah, yang pada umumnya bernilai sama, itu pun nanti akan dibagi secara adil kepada seluruh peserta yang terlibat.

Politik panjat pinang adalah politik kompak dan saling mendukung, politik proporsional dan tahu diri, politik tidak untuk mengalahkan, politik untuk bersama-sama menikmati hasil kerja keras berupa hadiah yang dijanjikan.

Saling Mendukung
Seperti telah disinggung, hal menarik dari permainan panjat pinang adalah setiap peserta harus siap saling mendukung. Ini syarat mutlak permainan. Jika dalam satu permainan dibatasi lima atau enam orang (mungkin sampai tujuh orang), maka agar berhasil menraih hadiah, setiap peserta harus kompak saling mendukung. Jika tidak saling mendukung, maka hadiah tidak akan mungkin didapatkan.

Konsep saling mendukung adalah bahwa setiap peserta harus bersedia mana yang menjadi fondasi, mana yang menjadi medium, dan mana yang diposisikan di atas. Jika pohon panjat pinang sekitar 5 hingga 6 meter, maka dalam membangun kerja sama itu, harus ada yang rela dijadikan tumpuan, ada yang bersedia dijadikan pegangan (tangga), dan bersedia memberi jalan kepada ”pahlawan” yang berposisi paling atas untuk merebut hadiah. Hadiah milik bersama.

Jika tidak kompak dan saling mendukung, dipastikan hadiah yang dicita-citakan tidak dapat direalisasikan. Saling ikhlas adalah kunci untuk membangun kekuatan agar peserta dapat mendirikan bangunan dirinya agar menjangkau hadiah. Sebagian besar masyarakat Indonesia sering melupakan filosofi panjat pinang ini. Mereka melihat kehidupan sebagai cara untuk mengalahkan dan merebut keuntungan pribadi.

Proporsional dan Tahu Diri
Dalam permainan panjat pinang, setiap peserta harus proporsional dan tahu diri dalam melihat dan memposisikan dirinya. Mereka yang berbadan lebih besar jangan memaksa diri untuk berdiri di posisi paling atas, dan sebaliknya. Jika para pemain panjat pinang tidak mampu secara proporsional dalam melihat dirinya, dapat dipastikan hadiah tidak akan sukses didapatkan.

Dengan demikian, dalam permainan panjat pinang harus memiliki strategi jika ingin mendapatkan hadiah yang diharapkan. Bagaimana membangun fondasi yang dibentengi oleh mereka yang kuat dan tahan injakan, bagaimana berposisi sebagai mediator tiang perantara, dan bagaimana orang yang diposisikan sebagai yang di atas tidak mengklaim hadiah sebagai hasil perjuangannya sendiri.

Di samping itu, permainan panjat pinang juga harus siap kotor dan jatuh. Kita tahu bahwa biasanya pohon panjat pinang dilumuri gemuk (olie atau pelumas). Hal ini juga menyimbolkan bahwa jalan menuju keadilan, kemakmuran, dan kesejahteraan itu bukan jalan yang mudah, melainkan licin. Itulah sebabnya, jika ingin mepraktikkan politik panjat pinang harus bersedia kotor dan terpeleset jatuh ke bawah. Padahal, seolah-olah hadiah hampir ada di tangan.

Hal menarik, hampir tidak ada aturan khusus dalam permainan panjat pinang, tidak ada juri, dan hampir tidak ada perkelahian. Semua berjalan dengan tertib. Begitu terlibat dengan permainan panjat pinang, maka kekompakan perlu langsung terbangun,  pembagian tugas dan posisi, dan semua dilaksanakan dengan perasaan gembira dan senang karena harapan mendapatkan hadiah.

Dijadikan Sikap Budaya
Persoalannya adalah bahwa politik kita lebih menerapkan permainan sepak bola. Sepak bola, kita tahu, secara fisik langsung berhadapan, tujuan kemenangan atau mengalahkan lawan hal yang utama, gol kemenangan menyebabkan perlakuan terhadap pemain menjadi berbeda. Ada juri yang kadang-kadang terlibat ”jadi pemain” demi memenangkan satu tim tertentu. Ada peraturan yang sering dilanggar, dan sering muncul perkelahian yang konyol.

Alangkah indahnya jika dalam kehidupan sehari-hari filosofi panjat pinang itu dapat dijadikan pegangan dalam melakukan berbagai praktik kehidupan. Apa lagi dalam melakukan praktik politik yang sesungguhnya. Mereka yang terlibat dalam praktik politik akan saling mendukung, tahu diri secara proporsional dalam menempatkan posisi-posisi, demi hadiah keadilan, kesejahteraan, dan kemakmuran yang dicita-citakan bersama.

Artinya, bahwa sebetulnya budaya kita sudah menyediakan sebuah model permainan yang indah, menyenangkan, dan sekaligus menggairahkan. Permainan panjat pinang juga boleh dikata sesuatu yang khas dalam kebudayaan kita. Karena  permainan ini hampir tidak ditemukan di negara lain. Permainan ini layak dijadikan permainan nasional dan sekaligus dijadikan filosofi dalam melakukan berbagai praktik kehidupan. * * *

Aprinus Salam, dosen FIB UGM, peneliti kebudayaan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar