Oleh Aprinus Salam
Keadilan, kemakmuran, dan kesejahtaraan selayaknya
ditempatkan sebagai hadiah yang harus diperjuangkan, bukan sesuatu yang turun
ke bumi begitu saja. Untuk
mendapatkannya kita harus berjuang, iklas bekerja keras, kompak, dan saling
mendukung. Untuk mendapatkan
hadiah itu kita perlu melakukan strategi politik panjat pinang. Apa itu
politik panjat pinang?
Di antara sekian
banyak jenis olahraga atau permainan, barangkali permainan (olahraga) panjat
pinang lah yang paling representatif untuk dibangun sebagai satu sikap budaya.
Di dalam berbagai olahraga atau permainan, terdapat dua substansi, yakni saling
berhadapan untuk saling mengalahkan, atau berlomba untuk saling menang.
Memang di
berbagai olahraga dan permainan tersebut, terutama permaian tim (bersama) kita
perlu kompak, perlu kerja keras untuk mendapatkan keahlian, harus tertib
terhadap peraturan. Kalau tidak tertib akan dikenai sangsi. Akan tetapi, substansinya
adalah bagaimana kita mengalahkan lawan, bahkan kadang dalam berbagai cara.
Permainan juga demikian, walaupun untuk mendapatkan kegembiraan atau
kesenangan, tetapi substansinya adalah mengalahkan lawan main.
Hal itu berbeda
dengan olahraga atau permainan panjat pinang. Permainan panjat pinang bukan
untuk mengalahkan lawan, bukan untuk menjatuhkan musuh, tetapi justru suatu
permainan bersama yang membutuhkan kekompakkan untuk mendapatkan hadiah bersama.
Hadiah, yang pada umumnya bernilai sama, itu pun nanti akan dibagi secara adil
kepada seluruh peserta yang terlibat.
Politik panjat
pinang adalah politik kompak dan saling mendukung, politik proporsional dan
tahu diri, politik tidak untuk mengalahkan, politik untuk bersama-sama
menikmati hasil kerja keras berupa hadiah yang dijanjikan.
Saling Mendukung
Seperti telah
disinggung, hal menarik dari permainan panjat pinang adalah setiap peserta
harus siap saling mendukung. Ini syarat mutlak permainan. Jika dalam satu
permainan dibatasi lima atau enam orang (mungkin sampai tujuh orang), maka agar
berhasil menraih hadiah, setiap peserta harus kompak saling mendukung. Jika
tidak saling mendukung, maka hadiah tidak akan mungkin didapatkan.
Konsep saling
mendukung adalah bahwa setiap peserta harus bersedia mana yang menjadi fondasi,
mana yang menjadi medium, dan mana yang diposisikan di atas. Jika pohon panjat
pinang sekitar 5 hingga 6 meter, maka dalam membangun kerja sama itu, harus ada
yang rela dijadikan tumpuan, ada yang bersedia dijadikan pegangan (tangga), dan
bersedia memberi jalan kepada ”pahlawan” yang berposisi paling atas untuk
merebut hadiah. Hadiah milik bersama.
Jika tidak kompak
dan saling mendukung, dipastikan hadiah yang dicita-citakan tidak dapat
direalisasikan. Saling ikhlas adalah kunci untuk membangun kekuatan agar
peserta dapat mendirikan bangunan dirinya agar menjangkau hadiah. Sebagian
besar masyarakat Indonesia sering melupakan filosofi panjat pinang ini. Mereka
melihat kehidupan sebagai cara untuk mengalahkan dan merebut keuntungan
pribadi.
Proporsional dan Tahu Diri
Dalam permainan
panjat pinang, setiap peserta harus proporsional dan tahu diri dalam melihat
dan memposisikan dirinya. Mereka yang berbadan lebih besar jangan memaksa diri
untuk berdiri di posisi paling atas, dan sebaliknya. Jika para pemain panjat
pinang tidak mampu secara proporsional dalam melihat dirinya, dapat dipastikan
hadiah tidak akan sukses didapatkan.
Dengan demikian,
dalam permainan panjat pinang harus memiliki strategi jika ingin mendapatkan
hadiah yang diharapkan. Bagaimana membangun fondasi yang dibentengi oleh mereka
yang kuat dan tahan injakan, bagaimana berposisi sebagai mediator tiang
perantara, dan bagaimana orang yang diposisikan sebagai yang di atas tidak
mengklaim hadiah sebagai hasil perjuangannya sendiri.
Di samping itu,
permainan panjat pinang juga harus siap kotor dan jatuh. Kita tahu bahwa
biasanya pohon panjat pinang dilumuri gemuk (olie atau pelumas). Hal ini juga
menyimbolkan bahwa jalan menuju keadilan, kemakmuran, dan kesejahteraan itu
bukan jalan yang mudah, melainkan licin. Itulah sebabnya, jika ingin
mepraktikkan politik panjat pinang harus bersedia kotor dan terpeleset jatuh ke
bawah. Padahal, seolah-olah hadiah hampir ada di tangan.
Hal menarik,
hampir tidak ada aturan khusus dalam permainan panjat pinang, tidak ada juri,
dan hampir tidak ada perkelahian. Semua berjalan dengan tertib. Begitu terlibat
dengan permainan panjat pinang, maka kekompakan perlu langsung terbangun, pembagian tugas dan posisi, dan semua
dilaksanakan dengan perasaan gembira dan senang karena harapan mendapatkan
hadiah.
Dijadikan Sikap Budaya
Persoalannya
adalah bahwa politik kita lebih menerapkan permainan sepak bola. Sepak bola,
kita tahu, secara fisik langsung berhadapan, tujuan kemenangan atau mengalahkan
lawan hal yang utama, gol kemenangan menyebabkan perlakuan terhadap pemain
menjadi berbeda. Ada juri yang kadang-kadang terlibat ”jadi pemain” demi
memenangkan satu tim tertentu. Ada peraturan yang sering dilanggar, dan sering
muncul perkelahian yang konyol.
Alangkah indahnya
jika dalam kehidupan sehari-hari filosofi panjat pinang itu dapat dijadikan
pegangan dalam melakukan berbagai praktik kehidupan. Apa lagi dalam melakukan
praktik politik yang sesungguhnya. Mereka yang terlibat dalam praktik politik
akan saling mendukung, tahu diri secara proporsional dalam menempatkan
posisi-posisi, demi hadiah keadilan, kesejahteraan, dan kemakmuran yang
dicita-citakan bersama.
Artinya, bahwa
sebetulnya budaya kita sudah menyediakan sebuah model permainan yang indah,
menyenangkan, dan sekaligus menggairahkan. Permainan panjat pinang juga boleh
dikata sesuatu yang khas dalam kebudayaan kita. Karena permainan ini hampir tidak ditemukan di
negara lain. Permainan ini layak dijadikan permainan nasional dan sekaligus
dijadikan filosofi dalam melakukan berbagai praktik kehidupan. * * *
Aprinus Salam, dosen FIB UGM, peneliti kebudayaan.